mugi tansah dadosaken berkah

.

Kamis, 21 Januari 2016

Saat tak ada yang menguatkanmu

SAAT TAK ADA YANG MENGUATKANMU


Pernah kita jumpai suatu keadaan yang rasanya sangat ingin kita tenggelam dan hilang dari dunia ini. Saat rasa sakit yang begitu menderu, tak bisa ditahan, namun juga tak bisa dikeluarkan untuk dibagi dengan yang lain. Kesakitan seorang diri, menangis seorang diri, tak ada yang peduli, meski hanya menuturkan kalimat untuk basa basi. Mereka yang tidak peka, atau kita yang terlalu pandai dalam memanipulasi suasana. Semuanya terlihat baik-baik saja, tak ada yang aneh. Benarkah terlihat baik-baik saja? Jangan-jangan semua itu “hanya” tampak seperti baik-baik saja padahal senyatanya tidak? Ketidak baik-baik sajaan yang dipendam seorang diri akan berujung sakit hati. Namun jika dibagi dengan yang lain. Dengan siapa kita akan membagi? Dan sudikah mereka menerimanya dengan lapang dada. Ingat, bukan kita seorang yang memiliki segudang masalah yang dapat dirasa. Yang menguras air mata. Karna setiap orang yang terlihat baik-baik saja, belum tentu batinnya juga demikian. Cukup katakan semuanya kepada-Nya. Karna seindah tempat untuk kembali adalah kepada-Nya. Seluas tempat untuk mengeluh adalah dihadapan-Nya. Yang tak akan pernah meninggalan kita sekalipun berulag kali kita mengacuhkan-Nya. Yang hanya kita ajak bicara saat semua hal di dunia ini bisu dan tak lagi mendengarkan kita. Sang pemilik keagungan cinta, yang terpaksa menurunkan cobaannya hanya untuk mendekatkan kita kepada-Nya. Tidakkah kita pernah berfikir bahwa semua kesusahan yang kita miliki adalah salah kita sendiri? Semua air mata yang mengalir adalah karna ulah ita sendiri. Manusia bodoh yang tak mau mendekat jika tidak dalam keadaan tercekat. Seharusnya kita ingat, sipa yang selalu memberikan kita perlindungan saat tiaada lagi tempat berlindung. Siapa yang memberikan naungan terindah saat seluruh dunia meras jijik unuk menaungi. Siapa yang selalu ada untuk kita, sekalipun belum tentu kita selalu mengingat-Nya. Haruskah kita diingatkan dengan cara yang terbilang menyakitkan? Dengan ribuan cobaan, semisal. Tidak ingin bukan? Tak pernah Ia meminta kita untuk menjadi sempurna. Tak pernah pula meminta kita untuk senantiasa menjadikan waktu kita utuh untuk-Nya. Cukup dengan menjadikan-Nya tempat berserah yan paling indah. Cukup menyebut nama-Nya dalam lirih nan ikhlas. Cukup menaati segala yang telah ditetapkan oleh-Nya. Jika tidak dapat menjadi “yang tersayang”, cukuplah untuk tidak menjadi “Sang Pembangkan”. Ingatlah kemana kita akan kembali nantinya dan ingatlah kemana semua segala masalah itu tercurah saat tiada lagi tempat yang sanggup menerima. Selalu jadikanlah Dia yang utama, yang kita tuju lagi, dan yang kita tuju terus. Karna Dia tak akan pernah meninggalkan kita, selama kepercayaan kita masih tetap utuh nan bulat atas-Nya. Ia akan selalu dekat, selama kita tak menghalangi hati kita untuk merasakan kehadiran-Nya. Ia tak pernah menjauh. Namun jika kita merasa bahwa Ia meninggalkan kita dan menjauh, itu salah. Karna yang ada, bukan Ia yang menjauh. Tapi kita.

0 komentar: